Selasa, 09 April 2019

Makalah KATA, FRASA, DAN KLAUSA Makul B. Indonesia Semester 1


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehinga kami dapat menyelesaikan makalah tentang kata, frasa dan klausa ini.
Makalah ilmiah ini telah kami buat dan kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
I
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki Makalah ilmiah di kemudian hari.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kata, frasa dan klausa ini dapat memberikan manfaat maupun insprasi terhadap pembaca.


Pekalongan, 23 September 2016

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I (PENDAHULUAN)....................................................................................1
BAB II (PEMBAHASAN).....................................................................................2
Kata..............................................................................................................2
Frasa/ Frase...................................................................................................7
Klausa...........................................................................................................5 BAB III (SIMPULAN DAN SARAN)..................................................................6
BAB IV (PENUTUP)..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8


















II
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
       Bahasa adalah suatu alat berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial. Dengan menggunakan bahasa seseorang dapat saling memahami maksud pembicaraan orang lain dengan baik. Karena bahasa adalah sesuatu yang menjadikan lisan manusia ini mempunyai makna yang besar.
            Di Negara Kesatuan Republik Indonesia telah berkembang suatu bahasa yang menjadi pemersatu warga negara Indonesia, yakni Bahasa Indonesia. Setiap warga masyarakat Indonesia tentu tahu mengenai berbahasa Indonesia. Dengan bahasa ini pun warga Indonesia telah mempunyai satu kesatuan dalam berbahasa.
            Bahasa Indonesia mempunyai berbagai ragam dan macam-macam unsur di dalamnya. Bahasa Indonesia pun mempunyai hal-hal yang istimewa dan unik. Hal tersebut tidak lepas dari beberapa unsur yang membentuk bahasa Indonesia tersebut, diantaranya adalah kata, frasa, dan klausa.
            Sehubungan dengan hal tersebut, kami mencoba memberikan suatu kajian makalah tentang pemaparan kata, frasa, dan klausa dalam bahasa Indonesia.  Semoga dapat memberikan pandangan bagi pembaca mengenai hal tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan tentang kata ?
2. Bagaimana penjelasan tentang frasa atau frase ?
3. Bagaimana penjelasan tentang klausa ?




1
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. KATA
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu.  Dan dari segi bahasa diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari suatu kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.[1]
Penjenisan kata
1)      Versi tentang jenis kata
i)        Versi Tradisional
Jenis kata ialah golongan kata yang mempunyai kesamaan bentuk, fungsi, dan perilaku sintaksisnya. Jenis kata ini biasanya dibedakan atas sepuluh macam. Pembagian inisepenuhnya berdasarkan pada pendapat Aristoteles yang berdasarkan penelitiannya terhadap bahasa-bahasa barat. Berikut sepuluh jenis kata:
a.    Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah nama dari semua benda dan segala yang dibendakan. Contoh: angin, rumah, meja, batu, dan lain-lain.
b.    Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah semua kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Contoh: mengetik, meraba, mandi, makan, dan lain-lain.
c.    Kata Sifat (Ajektiva)
Kata sifat adalah kata yang menyatakan sifat atau keadaan sebuah benda atau sesuatu. Contoh: baru, tinggi, baik, buruk, dan lain-lain.
d.  
2
Kata Ganti (Pronomina)                       
Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Contoh: ini, itu, ia, dan lain-lain.[2]

e.    Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, atau seluruh kalimat. Contoh: pelan-pelan, cepat, kemarin, dan lain-lain.
f.     Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat nama-nama benda, contoh: seribu, seratus, berdua, dan lain-lain.
g.    Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung adalah kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, atau menghubungkan kalimat-kalimat. Contoh: dan, lalu, meskipun, dan lain-lain.
h.    Kata Depan (preposisi)
Kata depan adalah kata yang merangkaikan kata atau bagian kalimat. Contoh: di, ke, dari, dan lain-lain.
i.      Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang adalah kata yang berfungsi menentukan kata benda dan membedakan suatu kata. Contoh: si, sang, hyang, dan lain-lain.
j.      Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah kata (ynag sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk mengucapkan perasaan. Contoh: aduh, wah, oh, astaga, dan lain-lain.
            Landasan yang dipakai untuk membagi jenis kata tersebut adalah kaidah-kaidah filsafat yang menekankan pada logika.[3]
3
ii). Versi Samsuri                                                        
Samsuri dalam Morfologi dan Pembentukan Kata (1988) mengelompokkan ke dalam empat golongan, yaitu:[4]
a.    Nomina
Ada tiga macam kata yang termasuk nomina: (1) nomina (anak, lembu, pesan), (2) promina (engkau, aku, kita, saudara, bapak), (3) nama (Tukiyem, (Si) Centil, Bina Graha).
Dilihat dari pembentukan morfologi, nomina dibeda-bedakan lagi , seperti berikut: (1) nomina dasar (sabun, harga, bibir), (2) nomina turunan yaitu bentuk yang mengandung morfem (pecandu, pemalas, jemuran, penciuman, perairan, kedudukan, tetangga, kuda-kudaan, dan buaya pasar).
b.    Verba
Verba dasar: (1)”sedarhana” (ada, kembali, tidur); (2)”rumit” (bertemu; menjaga; mencicipi; menghidangkan; terdesak).
Verba turunan, misalnya menggambar; mendalami; menduakan; berlimpahan; dicangkul; digambari; dikenalkan; terbaca; tergulingkan; kehujanan; makan-makan; dan melepas lelah.
c.    Ajektiva
Ajektiva dasa: (1) “sederhana” (cabul, cepat, gembur); (2) “rumit” (terharu, terbata-bata, tertegun).
Ajektiva turunan, misalnya berjasa; terbuka; dan mencemaskan.
d.   Numeralia
Numeralia dasar: (1) esaan (satu, dua, tiga,...., sembilan); (2) belasan (sebelas, dua belas,...., sembilan belas); (3) puluhan (sepuluh, dua puluh,...., sembilan puluh); dan seterusnya.
4
Numeralia turunan: (1) kardinal turunan (dua puluh satu,....,sembilan puluh sembilan, seratus satu,....); (2) sumasi (kedua, ketiga,...); (3) ordinal {(anak ke) ketiga, keenam}; (4)  pecahan (lima per enam, seperatus).[5]                    
Perubahan Bentuk Kata
1)      Analogi                 : Pembentukan kata-kata baru berdasar fonem /a/ dan /i/.
Contoh :Saudara-saudari, Pemuda-pemudi, karyawan-
karyawati
2)      Adaptasi                : Penyesuaian kata-kata dari bahasa asing
a. Fonologis           : Penyesuaian lafal bunyi pada bangsa pemakai. Contoh :
fadhuli(Arab)= Peduli, vooloper (Belanda)= Pelopor
b. Morfologis        : Penyesuaian struktur bentuk kata. Contoh : Parameswari
(Sansekerta)= Permaisuri
3)      Kontaminasi          : Pencampuradukan dua unsur bahasa (imbuhan, kata, frase
atau kalimat) yang tidak wajar. Contoh : direalisirkan,
dipertinggikan, diperluaskan, dinasionalisasikan
4)      Hiperkorek            : Proses pembetulan bentuk yang sudah betul lalu malah
menjadi salah.
a.   /s/ menjadi /sy/            = Sehat menjadi syehat, saraf menjadi syaraf
b.   /h/ menjadi /kh/           = Ahli menjadi akhli, rahim menjadi rakhim
c.   /p/ menjadi /f/              = Pasal menjadi fasal, paham menjadi faham
d.   /j/ menjadi /z/               = Ijazah menjadi izazah, jenazah menjadi zenazah
5)      Varian                   :Vocal /a/ pada sufiks-kan menjadi /Çť/, contoh : berdasarkan
menjadi berdasarken, direncanakan menjadi
direncanakaken.[6]
6)      Asimilasi               :Proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang
5
tidak sama, contoh : inmoral > immoral > imoral,
alsalam > assalam > asalam.
7)      Disimilasi              :Proses berubahnya dua buah fonem yang sama menjadi
tidak sama, contoh : Rapport (Belanda) menjadi lapor,
Citta (Sansekerta) menjadi cipta.
8)      Adisi                     :Penambahan fonem pada suatu tuturan. Contoh :
a. Protesis (awal)              : lang > elang, mas > emas
b. Epentesis (tengah)        : general > jenderal, upama > umpama
c. Paragog (akhir)             : lamp > lampu, ina > inang
9)      Reduksi                 :Pengurangan fonem pada suatu tuturan. Contoh :
a. Aferesia (awal)             : telentang > tentang, tatapi > tetapi > tapi
b. Sinkop (tengah)            : sahaya > saya, bahasa > base
c. Apokop (akhir)             : pelangit > pelangi, import > impor
10)  Metatesis               :Perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar tempatnya.
Contoh : rontal > lontar, kelikir > kerikil, almari > lemari.
11)  Diftongisasi           :Proses perubahan suatu monoftong jadi diftong. Contoh :
Sodara > saudara, suro > surau, gule > gulai, pulo > pulau.
12)  Monoftongisasi     :Proses perubahan suatu diftong jadi monoftong. Contoh :
Bakau > bako, danau > dano, tunai > tune.
13)  Anaptiksis             :Proses penambahan bunyi dalam suatu kata guna
melancarkan ucapannya. Contoh : Putra > putera, srigala >
serigala.
14)  Haplologi              :Proses penghilangan suku kata yang ada di tengah-tengah
suku kata. Contoh : Budhidaya > budaya, mahardhika >
merdeka.
15)  Kontraksi              :Gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih fonem
yang dihilangkan. Contoh : Perlahan-lahan > pelan-pelan,
6
tidak ada > tiada.                                                              
B. FRASA ATAU FRASE
Dalam linguistik modern lazim dikatakan bahwa klausa dibangun oleh frase atau frase-frase. Masalah kita sekarang, apakah frase itu. Frase biasanya didefinisikan sebagai kelompok kata atau rangkaian kata yang menduduki salah satu unsur kalimat (subjek, predikat, objek, atau keterangan). Simak bagan berikut:
S
P
O
(50) Adik
(51) Adik saya
Makan
sedang makan
sepotong tempe
sepotong tempe

       Pada kalimat (50) unsur subjek adalah sebuah kata yaitu kata adik, unsur predikat juga sebuah kata, yaitu kata makan; tetapi unsur objeknya bukan sebuah kata melainkan sebuah frase, yaitu frase sepotong tempe karena bukan sebuah kata. Pada kalimat (51) semua unsurnya bukan berupa kata, melainkan berupa frase, yaitu frase adik saya, sedang makan, dan sepotong tempe. Perhatikan unsur subjek pada kalimat (52) yang terdri tiga buah kata dan pada kalimat (53) terdiri dari empat buah kata.
(52) Bendera Kebangsaan Indonesia adalah Sang Saka
(53) Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dijaga keutuhannya[7]
       Lazim juga frase itu di perluas dengan menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang. Simak kalimat-kalimat berikut.
(54) Adik saya yang baru duduk di kelas 1 SD jatuh pngsan kemarin
(55) Kakek mengajak tamu yang sudah dikenalnya sejak kecil
7
       Malah bisa juga sebuah frase diperkuat dengan sebuah keterangan dengan menggunakan sejumlah konjungsi yang. Perhatikankalimat berikut.
(56)     Kakak saya yang tinggal di Medan yang jadi wartawan akan menikah bulan depan
(57)     Nenek membaca komik yang dipinjamnya dari tetangga yang juga gemar membaca komik
       Secara teori membuat frase yang sangat luas dengan bantuan konjungsi yang memang dimungkinkan. Namun, kita harus ingat kalimat-kalimat dengan frase yang sangat luas itu sering menyulitkan pembaca untuk dapat memahaminya. Jadi, gunakan saja frase yang sederhana di dalam kalimat yang kita susun; apalagi untuk keperluan jurnalistik.[8]
Kelas Frasa
Frasa di bagi menjadi enam kelas kata:
1. Frasa benda                 : Frasa yang distribusinya sama dengan benda.
Contoh :Dia menerima hadiah ulang tahun,
Dia menerima hadiah
2. Frasa Kerja (Verba) : Frasa yang distribusinya sama dengan kata kerja atau verba. Contoh : Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
3. Frasa sifat (Adjektif) : Frasa yang distribusinya sama dengan kata sifat.Contoh : a. Lukisan yang di pamerkan itu memang bagus-bagus
b. Lukisan yang di pamerkan itu bagus-bagus
8
4. Frasa keterangan (Adverbia) : Frasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Contoh : Tidak biasanya dia pulang larut malam
5. Frasa bilangan (Numeralia)  : Frasa yang distribusinya sama dengan kata bilangan. Contoh : Dua orang serdadu menghampirinya ketempat itu
6. Frasa depan (Preposisional)      : Frasa yang terdiri atas kata depan dengan kata lain sebagai unsur penjelas. Contoh : Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.[9]
Kategori Frasa
1.      frasa setara dan frasa bertingkat
Sebuah frasa di katakan setara jika unsur-unsur pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh : saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa “saya dan adik” adalah farsa setara, sebab antara unsur saya dan unsur adik mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga frasa makan-makan dan minum-minum termasuk frasa setara. Frasa setara di tandai oleh adanya kata dan atau “atau” diantara kedua unsurnya.
Frasa bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh : Ayah akan pergi nanti malam
Frasa ”nanti malam” terdiri atas unsur atribut dan inti.
2.      Frasa idiomatik
a. Dalam peristiwa kebakaran lalu, seorang penjaga toko menjadi kambing hitam
9
b. Untuk menyelamati saudaranya, keluarga Pinto meyembelih seekor kambing hitam
Kalimat a dan b menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam pada kalimat a bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa, sedangkan dalam kalimat b bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam.
Makna kambing hitam pada kalimat a tidak ada kaitannya dengan makna “kambing” dan kata “hitam”. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.[10]
C. KLAUSA
Klausa dalam tata bahasa adalah sekumpulan kata yang terdiri dari subyek dan predikat. Klausa sama seperti frasa, tetapi bedanya adalah klausa memiliki fungsi sintaksis.
Macam-macam klausa :
1.      Klausa Inti
Klausa inti adalah klausa yang dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk, klausa inti berkedudukan sebagai induk kalimat.
Contoh                        : Jono pergi dari rumah, ketika dia berumur 3 tahun.
Ara mendapat nilai yang baik karena rajin belajar.
Akibat dimarahi ibunya, Ulum menangis.
2.      Klausa Bawahan
Klausa bawahan adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri karena belum lengkap. Dalam kalimat majemuk, klausa ini berfungsi sebagai perluasan subyek, obyek, keterangan, atau pelengkap.
Contoh                        : Dia mengira bahwa Wafi tidak datang.
10
Gadis yang memakai baju biru itu berjalan dengan sangat anggun.[11]
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dalam berbahasa indonesia kata adalah sebuah unsur utama yang mendasari terbentuknya bahasa. Frasa merupakan unsur yang memberikan pemahaman terhadap maksud yang ingin disampaikan oleh pembaca, sedangkan klausa adalah sebuah anak kalimat yang memberikan dasar untuk merangkai dan membuat suatu kalimat. Ketiganya tidak pernah lepas dari cakupan ilmu berbahasa indonesia.
B. SARAN
Kepada pembaca makalah ini, kami sarankan untuk memahami lebih lanjut mengenai kata, frasa, dan klausa di dalam bahasa indonesia dengan menggunakan referensi buku lainnya.















11
 
BAB III
PENUTUP

Demikian pemaparan tentang kata, frasa, dan klausa dalam bahasa indonesia yang dapat kami sampaikan. Kami mengucapkan maaf apabila terdapat kekeliruan dan kesalahan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.























12

DAFTAR PUSTAKA

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif cet. 1. Jakarta: Bumi Aksara
Muslich, Masnur. 2014. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara
13
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta
www.kelasindonesia.com
http//:pelitaku.sabda.org


[1] http://www.academia.edu/5768666/Pengertian_Kata , 2016/09/21/19:10 wib                                 
[2] Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif , (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet: 5, hlm. 110
[3] Ibid,. hlm.111                                                                                                                                   
[4] Ibid,. hlm. 116
[5] Ibid,. hlm. 116-117                                                                                                               
[6] Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif , (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet: 1, hlm. 101-105

[7] Abdul Chaer, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 42
[8] Ibid.,hlm. 43
[9] http//:pelitaku.sabda.org, 2016/09/25, 16.30 wib
[10] http//:pelitaku.sabda.org, 2016/09/25, 16.30 wib
[11] www.kelasindonesia.com, 2016/09/23, 17:00 wib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar