KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang, kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehinga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
kata, frasa dan klausa ini.
Makalah ilmiah ini telah kami buat dan kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
I
|
Akhir kata kami
berharap semoga makalah tentang kata, frasa dan
klausa ini dapat memberikan manfaat maupun insprasi terhadap pembaca.
Pekalongan,
23 September 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I (PENDAHULUAN)....................................................................................1
BAB II (PEMBAHASAN).....................................................................................2
Kata..............................................................................................................2
Frasa/ Frase...................................................................................................7
Klausa...........................................................................................................5
BAB III (SIMPULAN DAN SARAN)..................................................................6
BAB IV (PENUTUP)..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
II
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa adalah suatu alat
berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial.
Dengan menggunakan bahasa seseorang dapat saling memahami maksud pembicaraan orang
lain dengan baik. Karena bahasa adalah sesuatu yang menjadikan lisan manusia
ini mempunyai makna yang besar.
Di
Negara Kesatuan Republik Indonesia telah berkembang suatu bahasa yang menjadi
pemersatu warga negara Indonesia, yakni Bahasa Indonesia. Setiap warga
masyarakat Indonesia tentu tahu mengenai berbahasa Indonesia. Dengan bahasa ini
pun warga Indonesia telah mempunyai satu kesatuan dalam berbahasa.
Bahasa
Indonesia mempunyai berbagai ragam dan macam-macam unsur di dalamnya. Bahasa
Indonesia pun mempunyai hal-hal yang istimewa dan unik. Hal tersebut tidak
lepas dari beberapa unsur yang membentuk bahasa Indonesia tersebut, diantaranya
adalah kata, frasa, dan klausa.
Sehubungan
dengan hal tersebut, kami mencoba memberikan suatu kajian makalah tentang
pemaparan kata, frasa, dan klausa dalam bahasa Indonesia. Semoga dapat memberikan pandangan bagi
pembaca mengenai hal tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan tentang kata
?
2. Bagaimana penjelasan tentang frasa
atau frase ?
3. Bagaimana penjelasan tentang klausa
?
1
|
BAB II
PEMBAHASAN
A. KATA
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang
memiliki makna tertentu. Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki
makna tertentu. Dan dari segi bahasa
diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari
suatu kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.[1]
Penjenisan
kata
1) Versi tentang jenis kata
i)
Versi
Tradisional
Jenis kata ialah
golongan kata yang mempunyai kesamaan bentuk, fungsi, dan perilaku
sintaksisnya. Jenis kata ini biasanya dibedakan atas sepuluh macam. Pembagian
inisepenuhnya berdasarkan pada pendapat Aristoteles yang berdasarkan
penelitiannya terhadap bahasa-bahasa barat. Berikut sepuluh jenis kata:
a. Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah nama
dari semua benda dan segala yang dibendakan. Contoh: angin, rumah, meja, batu,
dan lain-lain.
b. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah semua
kata yang menyatakan perbuatan atau laku. Contoh: mengetik, meraba, mandi,
makan, dan lain-lain.
c. Kata Sifat (Ajektiva)
Kata sifat adalah kata
yang menyatakan sifat atau keadaan sebuah benda atau sesuatu. Contoh: baru,
tinggi, baik, buruk, dan lain-lain.
d.
2
|
Kata ganti adalah kata
yang dipakai untuk menggantikan kata benda atau yang dibendakan. Contoh: ini,
itu, ia, dan lain-lain.[2]
e. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah
kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan,
kata bilangan, atau seluruh kalimat. Contoh: pelan-pelan, cepat, kemarin, dan
lain-lain.
f. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah
kata yang menyatakan jumlah benda atau jumlah kumpulan atau urutan tempat
nama-nama benda, contoh: seribu, seratus, berdua, dan lain-lain.
g. Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung adalah
kata yang menghubungkan kata-kata, bagian kalimat, atau menghubungkan
kalimat-kalimat. Contoh: dan, lalu, meskipun, dan lain-lain.
h. Kata Depan (preposisi)
Kata depan adalah kata
yang merangkaikan kata atau bagian kalimat. Contoh: di, ke, dari, dan
lain-lain.
i. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang adalah
kata yang berfungsi menentukan kata benda dan membedakan suatu kata. Contoh:
si, sang, hyang, dan lain-lain.
j. Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah kata
(ynag sebenarnya sudah menjadi kalimat) untuk mengucapkan perasaan. Contoh:
aduh, wah, oh, astaga, dan lain-lain.
Landasan
yang dipakai untuk membagi jenis kata tersebut adalah kaidah-kaidah filsafat
yang menekankan pada logika.[3]
3
|
Samsuri
dalam Morfologi dan Pembentukan Kata (1988) mengelompokkan
ke dalam empat
golongan, yaitu:[4]
a. Nomina
Ada tiga macam kata
yang termasuk nomina: (1) nomina (anak, lembu, pesan), (2) promina
(engkau, aku, kita, saudara, bapak), (3) nama (Tukiyem, (Si) Centil, Bina
Graha).
Dilihat dari
pembentukan morfologi, nomina dibeda-bedakan lagi , seperti berikut: (1) nomina
dasar (sabun, harga, bibir), (2) nomina turunan yaitu bentuk yang
mengandung morfem (pecandu, pemalas, jemuran, penciuman,
perairan, kedudukan, tetangga, kuda-kudaan, dan buaya pasar).
b. Verba
Verba dasar:
(1)”sedarhana” (ada, kembali, tidur); (2)”rumit” (bertemu; menjaga;
mencicipi; menghidangkan; terdesak).
Verba turunan,
misalnya menggambar; mendalami; menduakan; berlimpahan; dicangkul; digambari; dikenalkan;
terbaca; tergulingkan;
kehujanan; makan-makan; dan melepas lelah.
c. Ajektiva
Ajektiva dasa: (1)
“sederhana” (cabul, cepat, gembur); (2) “rumit” (terharu, terbata-bata,
tertegun).
Ajektiva turunan, misalnya
berjasa; terbuka; dan mencemaskan.
d. Numeralia
Numeralia dasar: (1)
esaan (satu, dua, tiga,...., sembilan); (2) belasan (sebelas, dua belas,....,
sembilan belas); (3) puluhan (sepuluh, dua puluh,...., sembilan puluh); dan
seterusnya.
4
|
Perubahan
Bentuk Kata
1) Analogi :
Pembentukan kata-kata baru berdasar fonem /a/ dan /i/.
Contoh
:Saudara-saudari, Pemuda-pemudi, karyawan-
karyawati
2) Adaptasi :
Penyesuaian kata-kata dari bahasa asing
a. Fonologis :
Penyesuaian lafal bunyi pada bangsa pemakai. Contoh :
fadhuli(Arab)= Peduli, vooloper (Belanda)=
Pelopor
b. Morfologis :
Penyesuaian struktur bentuk kata. Contoh : Parameswari
(Sansekerta)= Permaisuri
3) Kontaminasi : Pencampuradukan dua unsur bahasa (imbuhan, kata, frase
atau
kalimat) yang tidak wajar. Contoh : direalisirkan,
dipertinggikan,
diperluaskan, dinasionalisasikan
4) Hiperkorek : Proses pembetulan bentuk yang sudah betul lalu malah
menjadi
salah.
a. /s/
menjadi /sy/ = Sehat menjadi syehat, saraf menjadi syaraf
b. /h/
menjadi /kh/ = Ahli menjadi akhli, rahim menjadi rakhim
c. /p/
menjadi /f/ = Pasal menjadi fasal, paham menjadi faham
d. /j/
menjadi /z/ = Ijazah menjadi izazah,
jenazah menjadi zenazah
5) Varian :Vocal
/a/ pada sufiks-kan menjadi /ǝ/, contoh : berdasarkan
menjadi
berdasarken, direncanakan menjadi
direncanakaken.[6]
6) Asimilasi :Proses penyamaan atau penghampirsamaan bunyi yang
5
|
alsalam > assalam > asalam.
7) Disimilasi :Proses berubahnya dua buah fonem yang sama menjadi
tidak
sama, contoh : Rapport (Belanda) menjadi lapor,
Citta
(Sansekerta) menjadi cipta.
8) Adisi :Penambahan
fonem pada suatu tuturan. Contoh :
a. Protesis (awal) :
lang > elang, mas > emas
b. Epentesis (tengah) : general > jenderal, upama > umpama
c. Paragog (akhir) : lamp > lampu, ina > inang
9) Reduksi :Pengurangan
fonem pada suatu tuturan. Contoh :
a. Aferesia (awal) :
telentang > tentang, tatapi > tetapi > tapi
b. Sinkop (tengah) :
sahaya > saya, bahasa > base
c. Apokop (akhir) :
pelangit > pelangi, import > impor
10) Metatesis :Perubahan kata yang fonem-fonemnya bertukar
tempatnya.
Contoh
: rontal > lontar, kelikir > kerikil, almari > lemari.
11) Diftongisasi :Proses perubahan suatu monoftong jadi diftong. Contoh :
Sodara
> saudara, suro > surau, gule > gulai, pulo > pulau.
12) Monoftongisasi :Proses perubahan suatu diftong jadi monoftong. Contoh :
Bakau
> bako, danau > dano, tunai > tune.
13) Anaptiksis :Proses penambahan bunyi dalam suatu kata guna
melancarkan
ucapannya. Contoh : Putra > putera, srigala >
serigala.
14) Haplologi :Proses penghilangan suku kata yang ada di
tengah-tengah
suku
kata. Contoh : Budhidaya > budaya, mahardhika >
merdeka.
15) Kontraksi :Gejala yang memperlihatkan adanya satu atau lebih
fonem
yang
dihilangkan. Contoh : Perlahan-lahan > pelan-pelan,
6
|
B. FRASA ATAU
FRASE
Dalam linguistik modern lazim
dikatakan bahwa klausa dibangun oleh frase atau frase-frase. Masalah kita
sekarang, apakah frase itu. Frase biasanya didefinisikan sebagai kelompok kata
atau rangkaian kata yang menduduki salah satu unsur kalimat (subjek, predikat,
objek, atau keterangan). Simak bagan berikut:
S
|
P
|
O
|
(50)
Adik
(51)
Adik saya
|
Makan
sedang
makan
|
sepotong
tempe
sepotong
tempe
|
Pada
kalimat (50) unsur subjek adalah sebuah kata yaitu kata adik, unsur predikat juga sebuah kata, yaitu kata makan; tetapi unsur objeknya bukan
sebuah kata melainkan sebuah frase, yaitu frase sepotong tempe karena bukan sebuah kata. Pada kalimat (51) semua
unsurnya bukan berupa kata, melainkan berupa frase, yaitu frase adik saya, sedang makan, dan sepotong tempe.
Perhatikan unsur subjek pada kalimat (52) yang terdri tiga buah kata dan pada
kalimat (53) terdiri dari empat buah kata.
(52) Bendera Kebangsaan
Indonesia adalah Sang Saka
(53) Negara
Kesatuan Republik Indonesia harus dijaga keutuhannya[7]
Lazim
juga frase itu di perluas dengan menggunakan kata penghubung (konjungsi) yang. Simak kalimat-kalimat berikut.
(54) Adik saya yang baru duduk di kelas 1 SD
jatuh pngsan kemarin
(55) Kakek mengajak tamu yang sudah dikenalnya
sejak kecil
7
|
(56) Kakak saya yang tinggal di Medan yang jadi
wartawan akan menikah bulan depan
(57) Nenek membaca komik yang dipinjamnya dari
tetangga yang juga gemar membaca komik
Secara
teori membuat frase yang sangat luas dengan bantuan konjungsi yang memang dimungkinkan. Namun, kita
harus ingat kalimat-kalimat dengan frase yang sangat luas itu sering menyulitkan
pembaca untuk dapat memahaminya. Jadi, gunakan saja frase yang sederhana di
dalam kalimat yang kita susun; apalagi untuk keperluan jurnalistik.[8]
Kelas Frasa
Frasa
di bagi menjadi enam kelas kata:
1.
Frasa benda : Frasa yang distribusinya sama dengan
benda.
Contoh :Dia menerima hadiah ulang tahun,
Dia menerima hadiah
2. Frasa Kerja (Verba) : Frasa yang
distribusinya sama dengan kata kerja atau verba. Contoh : Adik sejak tadi akan menulis dengan pensil baru.
3. Frasa sifat (Adjektif) : Frasa
yang distribusinya sama dengan kata sifat.Contoh : a. Lukisan yang di pamerkan
itu memang bagus-bagus
b. Lukisan yang
di pamerkan itu bagus-bagus
8
|
5. Frasa bilangan (Numeralia) : Frasa yang distribusinya sama dengan kata
bilangan. Contoh : Dua orang serdadu menghampirinya
ketempat itu
6. Frasa depan (Preposisional) : Frasa yang terdiri atas kata depan
dengan kata lain sebagai unsur penjelas. Contoh : Laki-laki di depan itu mengajukan pertanyaan kepada pembicara.[9]
Kategori Frasa
1. frasa setara dan frasa bertingkat
Sebuah frasa di katakan setara jika unsur-unsur
pembentuknya berkedudukan sederajat atau setara.
Contoh
: saya dan adik makan-makan dan minum-minum di taman depan.
Frasa
“saya dan adik” adalah farsa setara, sebab antara unsur saya dan unsur adik
mempunyai kedudukan yang setara atau tidak saling menjelaskan. Demikian juga
frasa makan-makan dan minum-minum termasuk frasa setara. Frasa setara di tandai
oleh adanya kata dan atau “atau”
diantara kedua unsurnya.
Frasa
bertingkat adalah frasa yang terdiri atas inti dan atribut.
Contoh
: Ayah akan pergi nanti malam
Frasa
”nanti malam” terdiri atas unsur atribut dan inti.
2. Frasa idiomatik
a.
Dalam peristiwa kebakaran lalu, seorang penjaga toko menjadi kambing hitam
9
|
Kalimat
a dan b menggunakan frasa yang sama, yaitu frasa kambing hitam. Kambing hitam
pada kalimat a bermakna orang yang dipersalahkan dalam suatu peristiwa,
sedangkan dalam kalimat b bermakna seekor kambing yang warna bulunya hitam.
Makna
kambing hitam pada kalimat a tidak ada kaitannya dengan makna “kambing” dan
kata “hitam”. Frasa yang maknanya tidak dapat dirunut atau dijelaskan berdasarkan
makna kata-kata yang membentuknya dinamakan frasa idiomatik.[10]
C. KLAUSA
Klausa dalam tata bahasa adalah sekumpulan kata yang
terdiri dari subyek dan predikat. Klausa sama seperti frasa, tetapi bedanya
adalah klausa memiliki fungsi sintaksis.
Macam-macam klausa :
1. Klausa Inti
Klausa
inti adalah klausa yang dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk, klausa
inti berkedudukan sebagai induk kalimat.
Contoh : Jono pergi dari
rumah, ketika dia berumur 3 tahun.
Ara mendapat nilai yang baik
karena rajin belajar.
Akibat dimarahi ibunya, Ulum menangis.
2. Klausa Bawahan
Klausa
bawahan adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri karena belum lengkap.
Dalam kalimat majemuk, klausa ini berfungsi sebagai perluasan subyek, obyek,
keterangan, atau pelengkap.
Contoh : Dia mengira bahwa Wafi
tidak datang.
10
|
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dalam berbahasa
indonesia kata adalah sebuah unsur utama yang mendasari terbentuknya bahasa.
Frasa merupakan unsur yang memberikan pemahaman terhadap maksud yang ingin disampaikan
oleh pembaca, sedangkan klausa adalah sebuah anak kalimat yang memberikan dasar
untuk merangkai dan membuat suatu kalimat. Ketiganya tidak pernah lepas dari
cakupan ilmu berbahasa indonesia.
B. SARAN
Kepada
pembaca makalah ini, kami sarankan untuk memahami lebih lanjut mengenai kata,
frasa, dan klausa di dalam bahasa indonesia dengan menggunakan referensi buku
lainnya.
11
|
BAB
III
PENUTUP
Demikian pemaparan tentang kata, frasa, dan klausa
dalam bahasa indonesia yang dapat kami sampaikan. Kami mengucapkan maaf apabila
terdapat kekeliruan dan kesalahan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
12
|
DAFTAR
PUSTAKA
Muslich, Masnur. 2008. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif cet. 1. Jakarta: Bumi Aksara
Muslich, Masnur. 2014. Tata
Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskriptif cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara
13
|
www.kelasindonesia.com
http//:pelitaku.sabda.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar