Selasa, 09 April 2019

Artikel Tugas Akhir B. Indonesia Semester 1


ANAK TERDIDIK CERMIN ORANG TUA BAIK
M. Karim Mahmud
2021116216
IAIN PEKALONGAN
Abstrak
Orang tua mempunyai kewajiban mendidik anaknya menjadi generasi penerus agama, bangsa, dan negara yang tahu akan suatu ilmu dan bisa mengaplikasikan ilmu tersebut. Orang tua mulai menerapkan pendidikan kepada anaknya sejak anaknya lahir, hingga anak tersebut mampu untuk berfikir dewasa dan kemudian menjadi sesuai apa yang telah diharapkan. Orang tua juga berhak memberikan pendidikan terbaik yang layak untuk anaknya, seperti sekolah dan mengaji. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tanggung jawab terbesar pendidikan seorang anak berada pada orang tuanya. Anak akan baik pendidikannya apabila orang tua tepat dan perhatian terhadap pendidikan anak tersebut. Sebaliknya pendidikan anak buruk juga faktor terbesarnya karena kurang tepat dan perhatiannya orang tua pada pada pendidikan sang anak. Kunci pendidikan utama bagi anak adalah bentuk perhatian pendidikan oleh orang tuanya. Karena interaksi utama yang dilakukan seorang anak adalah interaksi dengan keluarganya, sebelum anak berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat. Hal terpenting seperti itu harusnya tidak terlewatkan dalam fase perkembangan anak hingga anak tersebut dewasa dan mampu mengejar cita-citanya.

Kata kunci : Mendidik, anak, dan orang tua

PENDAHULUAN
Kasus edukasi anak yang buruk sering terjadi di seluruh penjuru dunia. Hal tersebut mempunyai beberapa faktor yang mendasar antara lain seorang anak tidak menemukan passion yang cocok untuk dirinya dan ditekuni dalam belajarnya. Alasan lain adalah kurangnya motivasi sang anak dalam belajarnya baik itu yang bersifat internal dari dalam diri anak seperti malas, bosan, maupun  putus asa. Atau yang bersifat eksternal seperti kurangnya perhatian orang sekitar terutama orang tua anak tersebut.
Perhatian terhadap pendidikan anak oleh orang tua menjadi faktor terbesar penentu keberhasilan anak dalam pendidikan atau belajarnya. Karena seorang anak akan merasa bahwa tujuannya dalam belajar telah ia temukan melalui pendidikan awal yang diajarkan orang tuanya. Awal orang tua dalam mendidik juga harus di sertai dengan cara-cara agar anak tersebut tidak merasa kesulitan dalam mencapai tujuan pendidikannya.
Oleh karena itu, dalam artikel ini akan membahas bagaimana peran orang tua dalam kesuksesan pendidikan anak ?. Sehingga, kemudian dapat disimpulkan bahwa anak terdidik cermin orang tua yang baik.

PENDIDIKAN ANAK (PENGERTIAN MENDIDIK)
Anak lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah suatu hal yang berhubungan pada bagaimana anak itu mempunyai kemampuan dalam mengenal penciptanya (spiritual) yang secara khusus mempersoalkan kebenaran haqiqi. Rasa adalah kemampuan anak mempersoalkan adanya keindahan di sekitarnya. Karsa adalah kemampuan anak mempersoalkan secara khusus tentang kebaikan. Apabila ketiga potensi kodrat ini telah berkembang secara baik dalam diri sang anak maka akan tercipta kehidupan yang bijak pada anak tersebut
Dengan ketiga potensinya tersebut anak selalu terdorong ingin tahu, dan bahkan mendapat nlai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung di dalam segala sesuatu (realitas) yang ada. Ketiga potensi tersebut dibingkai dalam satu ikatan sistem, yang selanjutnya di jadikan landasan dasar untuk mendirikan filsafat hidup, menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup yang senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.[1]
Para orang tua harusnya sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Banyak orang tua bercita-cita agar anaknya mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya. Tidak heran jika para orang tua mencari lembaga pendidikan yang tentunya dianggap baik untuk putra-putrinya. Orang tua mungkin lupa bahwa lembaga pendidikan pertama dan utama untuk menjadikan anaknya menjadi manusia yang manusiawi adalah keluarga.
Para ahli sering mengungkapkan bahwa orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Maka pendidikan pertama tentunya dilakukan dan diberikan dalam keluarga. Pendidikan yang diberikan dalam keluarga yaitu berupa nilai-nilai, keyakinan, akhlak, dan pengetahuan.
Ketahuilah bersama bahwa masa depan anak = (adalah) masa depan bangsa, dan masa depan anak yang sukses bergantung sepenuhnya pada kemampuan orang tua untuk mendidik anak-anaknya secara tepat. Mari kita mulai belajar menjadi orang tua yang baik dan mari kita bangun Indonesia yang kuat melalui anak-anak kita tercinta yang terdidik. (Ayah Edy dalam bukunya Ayah Edy Punya Cerita 2013: 18).
Begitulah, pendidikan yang diperoleh anak, pertama-tama sudah tentu diperoleh dari orang tua, kakak-kakaknya, juga anggota keluarga lainnya, seperti kakek dan nenek atau mungkin asisten rumah tangga. Akan tetapi, yang berperan paling besar adalah orang tua.
(William J. Goode dalam Helmawati 2014: 49) Keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperhatikan mutu dari institusi pendidikan saja, tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik untuk pendidikan yang dijalani. Keluarga adalah institusi sosial yang ada dalam setiap masyarakat. Oleh karena itu, keluarga menjad institusi terkuat yang dimiliki oleh masyarakat manusia karena melalui keluargalah seseorang memperoleh kemanusiaan.

Seorang anak membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar anak dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan cara-cara lainnya yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan masalah yang sangat esensial bagi anak. Melalui pendidikan, anak akan memperoleh pengetahuan sehingga dapat mengenali dan menggali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal. Namun pada kenyataannya, tidak semua anak mampu memahami dan mampu menggali seluruh potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu arahan dan bimbingan dari orang lain khususnya orang tua sehingga akan tampak dan berkembanglah potensi-potensinya. Dengan potensi yang dimilikinya, anak diharapkan dapat menghadapi seluruh permasalahan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Jika pendidikan tentang nilai-nilai, keyakinan (agama), akhlak, serta pengetahuan sudah diterapkan dalam keluarga sejak dini, maka anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang beriman, berilmu, dan beramal shaleh. Sebaliknya, jika orang tua tidak menanamkan sejak dini nilai-nilai, keyakinan (agama), akhlak, dan pengetahuan terhadap anak-anaknya, maka anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang cacat. Artinya, anak akan tumbuh menjadi manusia yang kurang bahkan mungkin tidak mengenal nilai-nilai, agama atau keyakinannya, akhlak mulia, dan pengetahuan. Tak heran, jika setelah besar anak tersebut akan menjadi sampah masyarakat.
Dengan demikian, keberhasilan anak tergantung dari seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan ketekunan orang tua membimbing mereka serta seberapa dalam keyakinan (agama) yang telah ditanamkan pada anak-anaknya. Melalui ilmu pendidikan yang dimilikinya, tentu orang tua akan lebih mudah untuk membantu anak mencari jati dirinya. Di kemudian hari, tentu orang tua ingin melihat anak yang dirawat dan dididiknya dapat menjadi manusia yang berakhlak baik, berilmu, memiliki ketrampilan (life skills) untuk bertahan hidup dan mampu mempertanggung jawabkan apa-apa yang diperbuatnya baik di dunia maupun di akhirat.[2]

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA PADA ANAK
Anak adalah titipan Tuhan yang di percayakan kepada orang tua untuk memelihara dan melestarikan kelangsungan hidup manusia. Setiap pasangan manusia yang telah dikaruniai anak mempunyai tanggung jawab besar atas anak mereka. Mereka harus dapat menjaga, memperhatikan, dan mendidik anaknya agar menjadi generasi penerusnya yang berbudi pekerti luhur dan bijak dalam bertindak.
Setiap orang tua tentunya menginginkan anaknya tumbuh dewasa dengan baik dan dapat berbaur dengan orang lain dengan baik pula. Memanglah harusnya keinginan ini tidak hanya menjadi wacana dan harapan belaka saja, namun orang tua tersebut harus berusaha memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan dibutuhkan oleh anak tersebut. Antara lain adalah perhatian dan pendidikan.
Memberikan perhatian adalah menjadi hal terpenting dalam bertanggung jawab atas anak. Anak yang tercukupi perhatiannya tentu kehidupannya akan berjalan baik dan lebih mudah untuk berkreasi atas kehidupan mereka, karena mereka akan terfokus dan termotivasi pada apa yang mereka cita-citakan tanpa memikirkan kondisi darimana mereka harus mendapatkan dorongan atau motivasi mengejar cita-cita mereka. (Rina Novia 2010: 14) “Mendidik anak tanpa menumbuhkan motivasi sama saja menimpa besi yang tidak dipanaskan”.
Kelebihan dan kekurangan perhatian pada seorang anak pun dinilai kurang baik. Karena anak yang pada realitanya kelebihan perhatian akan sulit untuk berkreasi dengan kehidupan mereka, karena mereka akan menjadi merasa terbatasi dalam pergaulannya. Anak yang kekurangan perhatian pun akan sulit untuk mewujudkan cita-cita mereka, karena mereka akan lebih termotivasi untuk menemukan perhatian itu terlebih dahulu daripada termotivasi untuk meraih cita-cita mereka dahulu. Bahkan tidak menutup kemungkinan anak yang kurang mendapat perhatian orang tuanya akan mencari perhatian secara brutal dan akhirnya terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Beberapa kewajiban orang tua terhadap anak dalam islam adalah mengajarkan Alqur’an dan pengetahuan yang di butuhkan, baik pengetahuan agama maupun umum, mengajarkan ketaqwaan kepada Allah swt, mengajarkannya kreatifitas yang berguna, memberikan teladan yang baik bagi mereka, membiayai sampai ia dewasa, dan memberikan kasih sayang kepada mereka.[3]
Diantara banyak kewajiban orang tua kepada anak tersebut. Menitik beratkan pada bagaimana seorang anak itu menjadi anak yang terdidik baik terdidik secara spiritual, mental, maupun terdidik secara edukasi formal. Pendidikan kepada anak mulai dapat di terapkan sejak anak tersebut baru lahir. Diantaranya mengajarkan mereka memanggil orang tua. Tanpa kita sadari, hal tersebut adalah metode paling ringan orang tua mendidik anak. Bisa di bayangkan jika orang tua tidak mengajarkan hal tersebut kepada anak, apakah anak tersebut akan mengenal dan tahu orang tuanya harus di panggil dengan sebutan siapa ?.
Berbagai macam pendidikan yang hendaknya dicukupi oleh orang tua kepada anaknya, antara lain sebagai berikut :
1. Pendidikan Rohani
            Ketika masa kanak-kanak seorang anak melihat kedua orang tuanya melakukan sholat atau mendengar bacaan Al-qur’an, ruhani anak akan terisi. Begitu pula saat seorang anak duduk bersama keluarganya di depan hidangan berbuka puasa, dan melihat keceriaan keluarganya, anak pun akan merasakan kebahagiaan. Semua itu akandi serap oleh ruhaninya sehingga ruhaninya bisa tumbuh dan berkembang.
2. Pendidikan Akhlak
            Manusia sekarang sedang menghadapi krisis moral yang mencekik. Dusta, tipu daya, korupsi, maksiat adalah di antara penyakit moral yang telah berkembang di masyarakat. Semua itu terjadi tidak lain disebabkan oleh lemahnya iman yang menyebabkan lemahnya iman adalah akhlak. Hal ini menjadi tanggung jawab penuh bagi generasi-generasi penerus untuk dapat menguatkan iman dan berakhlak baik, hal tersebut dapat di upayakan oleh orang tua agar anaknya terdidik secara moral dan akhlaknya dengan baik. (John Lock dalam Helmawati, 2014:35) “Sesungguhnya keutamaan itu (akhlak) adalah sesuatu yang wajib kita jadikan tujuan pendidikan”.
Pendidikan harus tidak hanya memberikan harapan kepada seseorang untuk memperoleh suatu jabatan, profesi atau pekerjaan, materi, suatu posisi, uang kekuasaan atau penghormatan, tetapi juga kesempatan dan memperbesar peluang untuk menjadi seseorang yang berhasil baik (tingkah laku atau akhlaknya).(Gaston Mialaret 1993: 49)

            Akhlak adalah tujuan kehidupan, dengan menjadi manusia berakhlak baik kita akan mendapatkan kebahagiaan yang haqiqi. Karena secara tidak langsung pun dapat kita simpulkan, bahwa setiap ibadah kita kepada tuhan adalah bertujuan untuk menjadikan kita manusia yang berakhlak.



3. Pendidikan Sosial
            Perkembangan sosial terjadi melalui proses sosial secara alamiah. Dengan demikian, anak harus dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang shaleh, mengetahui semua kewajibannya dan memenuhinya, juga mengetahui hak-hak yang harus dia peroleh. Pendidikan islam adalah pendidikan yang seimbang yang mengembangkan seluruh potensi manusia sehingga menjadi pribadi yang lurus. Karena di dalam islam di pelajari semua hal yang berhubungan dengan ilmu-ilmu pengetahuan baik yang bersifat alamiah maupun ilmiah. Tidak dipungkiri lagi bahwa penyakit-penyakit masyarakat muslim kini disebabkan oleh lemahnya pemahaman bersosial. Dimulai dari perselisihan antar masyarakat, ketidakpedulian terhadap masalah-masalah masyarakat, dan keterbelakangan politik adalah dampak dari keterbelakangan sosial mereka.
4. Pendidikan Ekonomi
            Ekonomi islam adalah ekonomi yang seimbang dalam mengatur pengeluaran-infak-menabung sebagai bekal hidup. Ketika kita melhat orang yang berlebihan, kita akan katakan padanya “kurangi (hemat) infakmu”, yakni menyedikitkan dalam berinfak. Kalau kita melihat orang yang kikir, kita katakan “tambahlah infakmu”. Dalam kamus Al-Mu’jam Al-Washit, kata ekonomi (iqtashada) mempunyai arti pertengahan, tidak boros dan tidak pelit. Oleh karena itu orang tua hendaknya mendidik anaknya agar menjadi orang yang bijak dalam membelanjakan harta.[4]
Setiap orang harus mengerti tentang berbagai macam pendidikan di atas karena ke empat pendidikan di atas saling terkait dan apabila diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan, maka akan tercipta kehidupan yang serasi antar teori dan praktik. Dengan serasinya teori dan praktik tersebut anak akan mudah berkreasi dengan kehidupan mereka dan akan mudah menemukan dan mengetahui passion untuk kemudian digunakan dasar dalam mencapai kesuksesan.
Berbicara tentang pendidikan anak, tentu ini tidak hanya tentang mengajari anak melakukan sesuatu atau memikirkan sesuatu. Pendidikan itu juga termasuk membuat anak menjadi individu yang lebih dewasa dan matang, untuk kehidupannya dalam jangka panjang, seumur hidupnya, bukan hanya ketika di usia sekolah. Artinya, peran keluarga sangat besar, karena terkait dengan semua aspek perkembangan dan pendidikan anak.
Meskipun pendidikan tidak menjamin kesuksesan pasti pada anak, tetapi dengan pendidikan anak dapat memperbesar peluang mereka untuk sukses. Setelah pendidikan telah didapatkan oleh seorang anak, tugas mereka adalah mengaplikasikannya dan mewujudkan kesuksesan mereka sendiri. Maka, membaca peluang sukses hendaknya dengan menggunakan pendidikan dan tindakan.

RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ANAK
Tiga tempat pendidikan yang dapat membentuk anak menjadi manusia seutuhnya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga adalah tempat utama perkembangan anak khususnya kepribadian mereka. Peran keluarga sangat dominan untuk menjadikan anak yang cerdas, sehat, dan memiliki penyesuaian sosial yang baik.“Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak merupakan titik tolak perkembangan kemampuan atau ketidakmampuan penyesuaian sosial anak. Periode ini sangat menentukan dan tidak bisa diabaikan oleh keluarga”. (Freud dalam Helmawati 2014: 49).
            Sekolah adalah tempat kedua dimana anak belajar mengenai suatu ilmu pendidikan dengan guru (seseorang yang mempunyai tanggung jawab mendidik murid). Menyekolahkan merupakan upaya orang tua dalam memberikan pendidikan yang luas pada anaknya, sebelum anak tersebut berbaur di lingkungan masyarakat kelak.
            Masyarakat adalah sarana dimana seorang anak mengaplikasikan segala ilmu yang ia dapatkan dari pendidikannya di keluarga dan sekolah. Selain itu, Lingkungan masyarakat pun dapan dijadikan sebagai media untuk anak tersebut belajar secara nyata tentang teori-teori yang ia dapatkan semasa belajar dengan orang tuanya di keluarga dan belajar dengan gurunya di masa sekolah. Lingkungan masyarakt pun dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan sang anak. Anak yang berhasil atas pendidikannya biasanya mampu untuk bermasyarakat dengan baik, dan anak yang dinilai gagal dalam pendidikannya biasanya cenderung sulit untuk bermasyarakat dengan baik. Oleh karena itu, Anak seharusnya dididik dengan baik di keluarga, diberikan perhatian pendidikan formal di sekolahnya, dan diberikan kesempatan untuk bermasyarakat dengan lingkungannya.

JALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik dalam mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang di terapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal 13 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya serta diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Jalur pendidikan formal terdiri dari tiga jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar , menengah, dan tinggi. Jenjang pendidikan dasar terdiri dari SD/MI sederajat dan SMP/MTs sederajat. Jenjang pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum (SMA/MA) dan pendidikan menengah kejuruan (SMK/MAK). Pendidikan tinggi terdiri dari jenjang/program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor. Bentuk perguruan tinggi terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut, dan universitas.[5]

PENDIDIKAN FORMAL (SEKOLAH) UNTUK ANAK
Sekolah adalah tempat kedua setelah keluarga dimana anak didik akan dididik dengan menerima berbagai macam ilmu pengetahuan yang akan berguna bagi anak tersebut untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya kelak.
(George F. Kneller dalam Helmawati 2014: 23). Pendidikan memiliki arti luas dan sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasi pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi, atau lembaga lainnya.
(Syaikh Muhammad Sa’id Mursi 2004: 464) Anak membutuhkan contoh kongkret yang membimbingnya menyongsong hari esok. Jika demikian, mengapa anda, wahai para pendidik (guru) dan orang tua, tidak membuatkan lampu yang menerangi jalan anak ?

Urgensinya lembaga pendidikan menjadikan orang tua harus membekali anak dengan pendidikan formal tersebut. Agar anak lebih dapat mengeksploitasi potensi pada diri mereka. Pada zaman sekarang telah ada Home Schooling. Meskipun demikian perlunya pengawasan dan perhatian orang tua pada anaknya untuk mengenyam pendidikan di sekolah harus tetap dilaksanakan. Sebagai bentuk pertanggungjawaban orang tua atas pendidikan anaknya tersebut.
Setiap sekolah menawarkan visi misi yang beragam pada orang tua sebagai stockholder. Orang tua tentu akan mencari sekolah yang baik untuk dirinya dan anaknya. Maksudnya adalah sekolah tersebut akan baik bagi orang tua jika biaya sekolah terjangkau oleh kemampuan ekonomi orang tua. Di sisi lain baik pula untuk anak, maksudnya sekolah tersebut mampu membantu anak dalam mengembangkan potensi pengetahuan dan keahlian yang ingin dimilikinya dan bukan sekolah yang hanya dikehendaki oleh orang tua semata. Permasalahan yang timbul kemudian adalah bagaimana mencari sekolah yang baik.
(Menurut Helmawati 2014) ada beberapa tips bagi orang tua dalam memilih lembaga pendidikan atau sekolah yang tepat dan baik bagi anak-anaknya : 1. Pastikan sekolah (Lembaga Pendidikan) yang dipilih cocok dengan potensi anak, 2. Pastikan sekolah (Lembaga Pendidikan) yang dipilih memiliki visi misi yang sama dengan pendidikan orang tua di Keluarga, 3. Pastikan sekolah (Lembaga Pendidikan) yang dipilih memiliki peraturan dan disiplin yang sama dengan di Keluarga, 4. Pastikan sekolah (Lembaga Pendidikan yang dipilih memiliki Pendidik atau Guru yang cakap dalam Bidang Keilmuannya dan Shaleh/Shalehah.

Dengan mengetahui tentang tips-tips di atas. Orang tua harus mulai memperhatikan manakah sekolah yang tepat untuk anak mereka. Dan mulai mengenalkan anak mereka tentang sekolah itu, dan bagaimana cara anak bersikap ketika masuk di sekolah tersebut.


SIMPULAN
Dengan berbagai penjelasan tentang keluarga, anak, dan pendidikan di atas dapat memberikan pandangan bagi orang tua untuk bisa mendampingi anaknya dalam kehidupan mereka. Baik pendidikan awal sejak anak tersebut lahir sampai pendidikan sang anak ketika beranjak dewasa dan mampu berdiri sendiri sesuai dengan potensi dan keahlian yang dimiliki. Karena pendidikan dan perhatian orang tua jika dikolaborasikan akan mendapatkan hasil yang maksimal dan memperbesar peluang sang anak untuk sukses. Orang tua mengambil porsi terbesar dalam hal ini. Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa anak terdidik merupakan cermin dari kebaikan orang tuanya.

DAFTAR PUSTAKA
Asy-syantut, Khalid Ahmad.2005. Rumah Pilar Utama Pendidikan Anak. Jakarta: Robbani Press

Suardi, Mohammad. 2012. Pengantar Pendidikan (Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT. Indeks

Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga (Teoritis dan Praktis). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Novia, Rina. 2010. Super Teacher Super Student. Jakarta: Zikrul Hakim

Edy. 2013. Ayah Edy Punya Cerita. Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika

Mialaret, Gaston. 1993. Hak-Hak Anak Untuk Memperoleh Pendidikan.Jakarta: Balai Pustaka

Mursi, Syekh Muhammad Sa’id. 2004. Cara Mendidik Anak Dalam Keluarga (Teladan Rasulullah saw). Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar


[1] Mohammad Suardi, Pengantar Pendidikan Teori dan AplikasiI, (Jakarta: PT. Indeks, 2012) cet.1,hlm.12
[2] Helmawati, Pendidikan Keluarga,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2014),cet. 1, hlm. 21-22
[3] Khalid Ahmad Asy-Syantut, Rumah Pilar Utama Pendidikan Anak,(Jakarta:Robbani Press, 2005),cet.1, hlm. 28
[4] Ibid.,hlm. 33-120
[5] Helmawati, Pendidikan Keluarga,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2014),cet. 1, hlm. 172-173

Tidak ada komentar:

Posting Komentar