ANAK
TERDIDIK CERMIN ORANG TUA BAIK
M. Karim Mahmud
2021116216
IAIN
PEKALONGAN
Abstrak
Orang tua mempunyai kewajiban mendidik
anaknya menjadi generasi penerus agama, bangsa, dan negara yang tahu akan suatu
ilmu dan bisa mengaplikasikan ilmu tersebut. Orang tua mulai menerapkan
pendidikan kepada anaknya sejak anaknya lahir, hingga anak tersebut mampu untuk
berfikir dewasa dan kemudian menjadi sesuai apa yang telah diharapkan. Orang
tua juga berhak memberikan pendidikan terbaik yang layak untuk anaknya, seperti
sekolah dan mengaji. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tanggung jawab terbesar
pendidikan seorang anak berada pada orang tuanya. Anak akan baik pendidikannya
apabila orang tua tepat dan perhatian terhadap pendidikan anak tersebut.
Sebaliknya pendidikan anak buruk juga faktor terbesarnya karena kurang tepat
dan perhatiannya orang tua pada pada pendidikan sang anak. Kunci pendidikan
utama bagi anak adalah bentuk perhatian pendidikan oleh orang tuanya. Karena
interaksi utama yang dilakukan seorang anak adalah interaksi dengan keluarganya,
sebelum anak berinteraksi dengan lingkungan sekolah dan masyarakat. Hal
terpenting seperti itu harusnya tidak terlewatkan dalam fase perkembangan anak
hingga anak tersebut dewasa dan mampu mengejar cita-citanya.
Kata
kunci : Mendidik, anak, dan orang tua
PENDAHULUAN
Kasus edukasi anak yang
buruk sering terjadi di seluruh penjuru dunia. Hal tersebut mempunyai beberapa
faktor yang mendasar antara lain seorang anak tidak menemukan passion yang cocok untuk dirinya dan ditekuni
dalam belajarnya. Alasan lain adalah kurangnya motivasi sang anak dalam
belajarnya baik itu yang bersifat internal dari dalam diri anak seperti malas,
bosan, maupun putus asa. Atau yang
bersifat eksternal seperti kurangnya perhatian orang sekitar terutama orang tua
anak tersebut.
Perhatian terhadap
pendidikan anak oleh orang tua menjadi faktor terbesar penentu keberhasilan
anak dalam pendidikan atau belajarnya. Karena seorang anak akan merasa bahwa
tujuannya dalam belajar telah ia temukan melalui pendidikan awal yang diajarkan
orang tuanya. Awal orang tua dalam mendidik juga harus di sertai dengan
cara-cara agar anak tersebut tidak merasa kesulitan dalam mencapai tujuan
pendidikannya.
Oleh karena itu, dalam
artikel ini akan membahas bagaimana peran orang tua dalam kesuksesan pendidikan
anak ?. Sehingga, kemudian dapat disimpulkan bahwa anak terdidik cermin orang
tua yang baik.
PENDIDIKAN
ANAK (PENGERTIAN MENDIDIK)
Anak lahir dengan
potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah suatu hal yang
berhubungan pada bagaimana anak itu mempunyai kemampuan dalam mengenal
penciptanya (spiritual) yang secara khusus mempersoalkan kebenaran haqiqi. Rasa
adalah kemampuan anak mempersoalkan adanya keindahan di sekitarnya. Karsa
adalah kemampuan anak mempersoalkan secara khusus tentang kebaikan. Apabila
ketiga potensi kodrat ini telah berkembang secara baik dalam diri sang anak
maka akan tercipta kehidupan yang bijak pada anak tersebut
Dengan ketiga
potensinya tersebut anak selalu terdorong ingin tahu, dan bahkan mendapat
nlai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung di dalam segala
sesuatu (realitas) yang ada. Ketiga potensi tersebut dibingkai dalam satu
ikatan sistem, yang selanjutnya di jadikan landasan dasar untuk mendirikan
filsafat hidup, menentukan pedoman hidup, dan mengatur sikap dan perilaku hidup
yang senantiasa terarah ke pencapaian tujuan hidup.[1]
Para orang tua harusnya
sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Banyak orang tua bercita-cita
agar anaknya mendapat pendidikan yang setinggi-tingginya. Tidak heran jika para
orang tua mencari lembaga pendidikan yang tentunya dianggap baik untuk
putra-putrinya. Orang tua mungkin lupa bahwa lembaga pendidikan pertama dan
utama untuk menjadikan anaknya menjadi manusia yang manusiawi adalah keluarga.
Para
ahli sering mengungkapkan bahwa orang tua merupakan pendidik pertama dan utama
bagi anak-anaknya. Maka pendidikan pertama tentunya dilakukan dan diberikan
dalam keluarga. Pendidikan yang diberikan dalam keluarga yaitu berupa
nilai-nilai, keyakinan, akhlak, dan pengetahuan.
Ketahuilah
bersama bahwa masa depan anak = (adalah) masa depan bangsa, dan masa depan anak
yang sukses bergantung sepenuhnya pada kemampuan orang tua untuk mendidik
anak-anaknya secara tepat. Mari kita mulai belajar menjadi orang tua yang baik
dan mari kita bangun Indonesia yang kuat melalui anak-anak kita tercinta yang
terdidik. (Ayah Edy dalam bukunya Ayah Edy Punya Cerita 2013: 18).
Begitulah, pendidikan
yang diperoleh anak, pertama-tama sudah tentu diperoleh dari orang tua,
kakak-kakaknya, juga anggota keluarga lainnya, seperti kakek dan nenek atau
mungkin asisten rumah tangga. Akan tetapi, yang berperan paling besar adalah
orang tua.
(William J.
Goode dalam Helmawati 2014: 49) Keberhasilan atau prestasi yang dicapai siswa
dalam pendidikannya sesungguhnya tidak hanya memperhatikan mutu dari institusi
pendidikan saja, tetapi juga memperlihatkan keberhasilan keluarga dalam
memberikan anak-anak mereka persiapan yang baik untuk pendidikan yang dijalani.
Keluarga adalah institusi sosial yang ada dalam setiap masyarakat. Oleh karena
itu, keluarga menjad institusi terkuat yang dimiliki oleh masyarakat manusia
karena melalui keluargalah seseorang memperoleh kemanusiaan.
Seorang anak
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar anak
dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan cara-cara
lainnya yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidikan merupakan masalah yang sangat esensial
bagi anak. Melalui pendidikan, anak akan memperoleh pengetahuan sehingga dapat
mengenali dan menggali potensi-potensi yang dimilikinya secara optimal. Namun
pada kenyataannya, tidak semua anak mampu memahami dan mampu menggali seluruh
potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu arahan dan bimbingan dari
orang lain khususnya orang tua sehingga akan tampak dan berkembanglah
potensi-potensinya. Dengan potensi yang dimilikinya, anak diharapkan dapat
menghadapi seluruh permasalahan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
Jika pendidikan tentang
nilai-nilai, keyakinan (agama), akhlak, serta pengetahuan sudah diterapkan
dalam keluarga sejak dini, maka anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang
beriman, berilmu, dan beramal shaleh. Sebaliknya, jika orang tua tidak
menanamkan sejak dini nilai-nilai, keyakinan (agama), akhlak, dan pengetahuan
terhadap anak-anaknya, maka anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang cacat.
Artinya, anak akan tumbuh menjadi manusia yang kurang bahkan mungkin tidak
mengenal nilai-nilai, agama atau keyakinannya, akhlak mulia, dan pengetahuan.
Tak heran, jika setelah besar anak tersebut akan menjadi sampah masyarakat.
Dengan demikian,
keberhasilan anak tergantung dari seberapa banyak pengetahuan pendidikan dan
ketekunan orang tua membimbing mereka serta seberapa dalam keyakinan (agama)
yang telah ditanamkan pada anak-anaknya. Melalui ilmu pendidikan yang
dimilikinya, tentu orang tua akan lebih mudah untuk membantu anak mencari jati
dirinya. Di kemudian hari, tentu orang tua ingin melihat anak yang dirawat dan
dididiknya dapat menjadi manusia yang berakhlak baik, berilmu, memiliki
ketrampilan (life skills) untuk
bertahan hidup dan mampu mempertanggung jawabkan apa-apa yang diperbuatnya baik
di dunia maupun di akhirat.[2]
TANGGUNG
JAWAB ORANG TUA PADA ANAK
Anak adalah titipan
Tuhan yang di percayakan kepada orang tua untuk memelihara dan melestarikan
kelangsungan hidup manusia. Setiap pasangan manusia yang telah dikaruniai anak
mempunyai tanggung jawab besar atas anak mereka. Mereka harus dapat menjaga,
memperhatikan, dan mendidik anaknya agar menjadi generasi penerusnya yang
berbudi pekerti luhur dan bijak dalam bertindak.
Setiap orang tua
tentunya menginginkan anaknya tumbuh dewasa dengan baik dan dapat berbaur
dengan orang lain dengan baik pula. Memanglah harusnya keinginan ini tidak
hanya menjadi wacana dan harapan belaka saja, namun orang tua tersebut harus
berusaha memenuhi apa yang menjadi kebutuhan dan dibutuhkan oleh anak tersebut.
Antara lain adalah perhatian dan pendidikan.
Memberikan perhatian
adalah menjadi hal terpenting dalam bertanggung jawab atas anak. Anak yang
tercukupi perhatiannya tentu kehidupannya akan berjalan baik dan lebih mudah
untuk berkreasi atas kehidupan mereka, karena mereka akan terfokus dan
termotivasi pada apa yang mereka cita-citakan tanpa memikirkan kondisi darimana
mereka harus mendapatkan dorongan atau motivasi mengejar cita-cita mereka.
(Rina Novia 2010: 14) “Mendidik anak tanpa menumbuhkan motivasi sama saja
menimpa besi yang tidak dipanaskan”.
Kelebihan dan
kekurangan perhatian pada seorang anak pun dinilai kurang baik. Karena anak
yang pada realitanya kelebihan perhatian akan sulit untuk berkreasi dengan
kehidupan mereka, karena mereka akan menjadi merasa terbatasi dalam
pergaulannya. Anak yang kekurangan perhatian pun akan sulit untuk mewujudkan
cita-cita mereka, karena mereka akan lebih termotivasi untuk menemukan
perhatian itu terlebih dahulu daripada termotivasi untuk meraih cita-cita
mereka dahulu. Bahkan tidak menutup kemungkinan anak yang kurang mendapat
perhatian orang tuanya akan mencari perhatian secara brutal dan akhirnya
terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Beberapa kewajiban
orang tua terhadap anak dalam islam adalah mengajarkan Alqur’an dan pengetahuan
yang di butuhkan, baik pengetahuan agama maupun umum, mengajarkan ketaqwaan
kepada Allah swt, mengajarkannya kreatifitas yang berguna, memberikan teladan
yang baik bagi mereka, membiayai sampai ia dewasa, dan memberikan kasih sayang
kepada mereka.[3]
Diantara banyak
kewajiban orang tua kepada anak tersebut. Menitik beratkan pada bagaimana
seorang anak itu menjadi anak yang terdidik baik terdidik secara spiritual,
mental, maupun terdidik secara edukasi formal. Pendidikan kepada anak mulai
dapat di terapkan sejak anak tersebut baru lahir. Diantaranya mengajarkan
mereka memanggil orang tua. Tanpa kita sadari, hal tersebut adalah metode
paling ringan orang tua mendidik anak. Bisa di bayangkan jika orang tua tidak
mengajarkan hal tersebut kepada anak, apakah anak tersebut akan mengenal dan
tahu orang tuanya harus di panggil dengan sebutan siapa ?.
Berbagai macam
pendidikan yang hendaknya dicukupi oleh orang tua kepada anaknya, antara lain
sebagai berikut :
1. Pendidikan Rohani
Ketika
masa kanak-kanak seorang anak melihat kedua orang tuanya melakukan sholat atau
mendengar bacaan Al-qur’an, ruhani anak akan terisi. Begitu pula saat seorang
anak duduk bersama keluarganya di depan hidangan berbuka puasa, dan melihat
keceriaan keluarganya, anak pun akan merasakan kebahagiaan. Semua itu akandi
serap oleh ruhaninya sehingga ruhaninya bisa tumbuh dan berkembang.
2. Pendidikan Akhlak
Manusia
sekarang sedang menghadapi krisis moral yang mencekik. Dusta, tipu daya,
korupsi, maksiat adalah di antara penyakit moral yang telah berkembang di
masyarakat. Semua itu terjadi tidak lain disebabkan oleh lemahnya iman yang
menyebabkan lemahnya iman adalah akhlak. Hal ini menjadi tanggung jawab penuh
bagi generasi-generasi penerus untuk dapat menguatkan iman dan berakhlak baik,
hal tersebut dapat di upayakan oleh orang tua agar anaknya terdidik secara
moral dan akhlaknya dengan baik. (John Lock dalam Helmawati, 2014:35)
“Sesungguhnya keutamaan itu (akhlak) adalah sesuatu yang wajib kita jadikan
tujuan pendidikan”.
Pendidikan harus
tidak hanya memberikan harapan kepada seseorang untuk memperoleh suatu jabatan,
profesi atau pekerjaan, materi, suatu posisi, uang kekuasaan atau penghormatan,
tetapi juga kesempatan dan memperbesar peluang untuk menjadi seseorang yang
berhasil baik (tingkah laku atau akhlaknya).(Gaston Mialaret 1993: 49)
Akhlak
adalah tujuan kehidupan, dengan menjadi manusia berakhlak baik kita akan
mendapatkan kebahagiaan yang haqiqi.
Karena secara tidak langsung pun dapat kita simpulkan, bahwa setiap ibadah kita
kepada tuhan adalah bertujuan untuk menjadikan kita manusia yang berakhlak.
3. Pendidikan Sosial
Perkembangan
sosial terjadi melalui proses sosial secara alamiah. Dengan demikian, anak
harus dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang shaleh, mengetahui
semua kewajibannya dan memenuhinya, juga mengetahui hak-hak yang harus dia
peroleh. Pendidikan islam adalah pendidikan yang seimbang yang mengembangkan
seluruh potensi manusia sehingga menjadi pribadi yang lurus. Karena di dalam
islam di pelajari semua hal yang berhubungan dengan ilmu-ilmu pengetahuan baik
yang bersifat alamiah maupun ilmiah. Tidak dipungkiri lagi bahwa
penyakit-penyakit masyarakat muslim kini disebabkan oleh lemahnya pemahaman
bersosial. Dimulai dari perselisihan antar masyarakat, ketidakpedulian terhadap
masalah-masalah masyarakat, dan keterbelakangan politik adalah dampak dari
keterbelakangan sosial mereka.
4. Pendidikan Ekonomi
Ekonomi
islam adalah ekonomi yang seimbang dalam mengatur pengeluaran-infak-menabung
sebagai bekal hidup. Ketika kita melhat orang yang berlebihan, kita akan
katakan padanya “kurangi (hemat) infakmu”, yakni menyedikitkan dalam berinfak.
Kalau kita melihat orang yang kikir, kita katakan “tambahlah infakmu”. Dalam
kamus Al-Mu’jam Al-Washit, kata ekonomi (iqtashada) mempunyai arti pertengahan,
tidak boros dan tidak pelit. Oleh karena itu orang tua hendaknya mendidik
anaknya agar menjadi orang yang bijak dalam membelanjakan harta.[4]
Setiap orang harus
mengerti tentang berbagai macam pendidikan di atas karena ke empat pendidikan
di atas saling terkait dan apabila diaplikasikan dengan baik dalam kehidupan,
maka akan tercipta kehidupan yang serasi antar teori dan praktik. Dengan
serasinya teori dan praktik tersebut anak akan mudah berkreasi dengan kehidupan
mereka dan akan mudah menemukan dan mengetahui passion untuk kemudian digunakan dasar dalam mencapai kesuksesan.
Berbicara tentang
pendidikan anak, tentu ini tidak hanya tentang mengajari anak melakukan sesuatu
atau memikirkan sesuatu. Pendidikan itu juga termasuk membuat anak menjadi
individu yang lebih dewasa dan matang, untuk kehidupannya dalam jangka panjang,
seumur hidupnya, bukan hanya ketika di usia sekolah. Artinya, peran keluarga
sangat besar, karena terkait dengan semua aspek perkembangan dan pendidikan
anak.
Meskipun pendidikan
tidak menjamin kesuksesan pasti pada anak, tetapi dengan pendidikan anak dapat
memperbesar peluang mereka untuk sukses. Setelah pendidikan telah didapatkan
oleh seorang anak, tugas mereka adalah mengaplikasikannya dan mewujudkan
kesuksesan mereka sendiri. Maka, membaca peluang sukses hendaknya dengan
menggunakan pendidikan dan tindakan.
RUANG
LINGKUP PENDIDIKAN ANAK
Tiga tempat pendidikan
yang dapat membentuk anak menjadi manusia seutuhnya adalah keluarga, sekolah
dan masyarakat. Keluarga adalah tempat utama perkembangan anak khususnya
kepribadian mereka. Peran keluarga sangat dominan untuk menjadikan anak yang
cerdas, sehat, dan memiliki penyesuaian sosial yang baik.“Pengaruh lingkungan
keluarga terhadap perkembangan anak merupakan titik tolak perkembangan
kemampuan atau ketidakmampuan penyesuaian sosial anak. Periode ini sangat
menentukan dan tidak bisa diabaikan oleh keluarga”. (Freud dalam Helmawati 2014: 49).
Sekolah
adalah tempat kedua dimana anak belajar mengenai suatu ilmu pendidikan dengan
guru (seseorang yang mempunyai tanggung jawab mendidik murid). Menyekolahkan merupakan
upaya orang tua dalam memberikan pendidikan yang luas pada anaknya, sebelum
anak tersebut berbaur di lingkungan masyarakat kelak.
Masyarakat
adalah sarana dimana seorang anak mengaplikasikan segala ilmu yang ia dapatkan
dari pendidikannya di keluarga dan sekolah. Selain itu, Lingkungan masyarakat
pun dapan dijadikan sebagai media untuk anak tersebut belajar secara nyata
tentang teori-teori yang ia dapatkan semasa belajar dengan orang tuanya di
keluarga dan belajar dengan gurunya di masa sekolah. Lingkungan masyarakt pun
dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pendidikan sang anak. Anak yang
berhasil atas pendidikannya biasanya mampu untuk bermasyarakat dengan baik, dan
anak yang dinilai gagal dalam pendidikannya biasanya cenderung sulit untuk
bermasyarakat dengan baik. Oleh karena itu, Anak seharusnya dididik dengan baik
di keluarga, diberikan perhatian pendidikan formal di sekolahnya, dan diberikan
kesempatan untuk bermasyarakat dengan lingkungannya.
JALUR,
JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN
Jalur pendidikan adalah
wahana yang dilalui peserta didik dalam mengembangkan potensi diri dalam suatu
proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang di terapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenis
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
Dalam UU Sisdiknas No.
20 Tahun 2003 pasal 13 dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya serta diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka
dan/atau melalui jarak jauh. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur
dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Jalur pendidikan formal
terdiri dari tiga jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar , menengah,
dan tinggi. Jenjang pendidikan dasar terdiri dari SD/MI sederajat dan SMP/MTs
sederajat. Jenjang pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum
(SMA/MA) dan pendidikan menengah kejuruan (SMK/MAK). Pendidikan tinggi terdiri
dari jenjang/program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor. Bentuk perguruan tinggi terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut, dan universitas.[5]
PENDIDIKAN
FORMAL (SEKOLAH) UNTUK ANAK
Sekolah adalah tempat
kedua setelah keluarga dimana anak didik akan dididik dengan menerima berbagai
macam ilmu pengetahuan yang akan berguna bagi anak tersebut untuk mencapai
kesuksesan dalam kehidupannya kelak.
(George F.
Kneller dalam Helmawati 2014: 23). Pendidikan memiliki arti luas dan sempit.
Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang
memengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. Dalam
arti sempit, pendidikan adalah suatu proses mentransformasi pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan dari generasi ke generasi, yang dilakukan oleh
masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, perguruan
tinggi, atau lembaga lainnya.
(Syaikh Muhammad
Sa’id Mursi 2004: 464) Anak membutuhkan contoh kongkret yang membimbingnya
menyongsong hari esok. Jika demikian, mengapa anda, wahai para pendidik (guru)
dan orang tua, tidak membuatkan lampu yang menerangi jalan anak ?
Urgensinya lembaga
pendidikan menjadikan orang tua harus membekali anak dengan pendidikan formal
tersebut. Agar anak lebih dapat mengeksploitasi potensi pada diri mereka. Pada
zaman sekarang telah ada Home Schooling.
Meskipun demikian perlunya pengawasan dan perhatian orang tua pada anaknya
untuk mengenyam pendidikan di sekolah harus tetap dilaksanakan. Sebagai bentuk
pertanggungjawaban orang tua atas pendidikan anaknya tersebut.
Setiap sekolah menawarkan visi misi yang
beragam pada orang tua sebagai stockholder.
Orang tua tentu akan mencari sekolah yang baik untuk dirinya dan anaknya.
Maksudnya adalah sekolah tersebut akan baik bagi orang tua jika biaya sekolah
terjangkau oleh kemampuan ekonomi orang tua. Di sisi lain baik pula untuk anak,
maksudnya sekolah tersebut mampu membantu anak dalam mengembangkan potensi
pengetahuan dan keahlian yang ingin dimilikinya dan bukan sekolah yang hanya
dikehendaki oleh orang tua semata. Permasalahan yang timbul kemudian adalah
bagaimana mencari sekolah yang baik.
(Menurut Helmawati 2014)
ada beberapa tips bagi orang tua dalam memilih lembaga pendidikan atau sekolah
yang tepat dan baik bagi anak-anaknya : 1. Pastikan sekolah (Lembaga
Pendidikan) yang dipilih cocok dengan potensi anak, 2. Pastikan sekolah
(Lembaga Pendidikan) yang dipilih memiliki visi misi yang sama dengan
pendidikan orang tua di Keluarga, 3. Pastikan sekolah (Lembaga Pendidikan) yang
dipilih memiliki peraturan dan disiplin yang sama dengan di Keluarga, 4. Pastikan
sekolah (Lembaga Pendidikan yang dipilih memiliki Pendidik atau Guru yang cakap
dalam Bidang Keilmuannya dan Shaleh/Shalehah.
Dengan mengetahui tentang tips-tips di
atas. Orang tua harus mulai memperhatikan manakah sekolah yang tepat untuk anak
mereka. Dan mulai mengenalkan anak mereka tentang sekolah itu, dan bagaimana
cara anak bersikap ketika masuk di sekolah tersebut.
SIMPULAN
Dengan
berbagai penjelasan tentang keluarga, anak, dan pendidikan di atas dapat
memberikan pandangan bagi orang tua untuk bisa mendampingi anaknya dalam
kehidupan mereka. Baik pendidikan awal sejak anak tersebut lahir sampai
pendidikan sang anak ketika beranjak dewasa dan mampu berdiri sendiri sesuai
dengan potensi dan keahlian yang dimiliki. Karena pendidikan dan perhatian
orang tua jika dikolaborasikan akan mendapatkan hasil yang maksimal dan
memperbesar peluang sang anak untuk sukses. Orang tua mengambil porsi terbesar
dalam hal ini. Oleh karena itu, dapat di simpulkan bahwa anak terdidik
merupakan cermin dari kebaikan orang tuanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Asy-syantut,
Khalid Ahmad.2005. Rumah Pilar Utama
Pendidikan Anak. Jakarta: Robbani Press
Suardi,
Mohammad. 2012. Pengantar Pendidikan
(Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT. Indeks
Helmawati.
2014. Pendidikan Keluarga (Teoritis dan
Praktis). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Novia,
Rina. 2010. Super Teacher Super Student.
Jakarta: Zikrul Hakim
Edy.
2013. Ayah Edy Punya Cerita. Jakarta
Selatan: PT. Mizan Publika
Mialaret,
Gaston. 1993. Hak-Hak Anak Untuk
Memperoleh Pendidikan.Jakarta: Balai Pustaka
Mursi,
Syekh Muhammad Sa’id. 2004. Cara Mendidik
Anak Dalam Keluarga (Teladan Rasulullah saw). Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar
[1] Mohammad Suardi, Pengantar Pendidikan Teori dan AplikasiI,
(Jakarta: PT. Indeks, 2012) cet.1,hlm.12
[2] Helmawati, Pendidikan Keluarga,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2014),cet. 1,
hlm. 21-22
[3] Khalid Ahmad Asy-Syantut, Rumah Pilar Utama Pendidikan Anak,(Jakarta:Robbani
Press, 2005),cet.1, hlm. 28
[4]
Ibid.,hlm. 33-120
[5] Helmawati, Pendidikan Keluarga,(Bandung:PT. Remaja Rosdakarya,2014),cet. 1,
hlm. 172-173
Tidak ada komentar:
Posting Komentar